Jumat, 06 April 2012

Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

Teori Behavioristik:

  1. Mementingkan faktor lingkungan
  2. Menekankan pada faktor bagian
  3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
  4. Sifatnya mekanis
  5. Mementingkan masa lalu

Critical Theory (Teori Kritis) Dalam Olahraga

Olahraga lebih dari sekedar refleksi masyarakat. Critical Theory hadir dalam sosiologi belum begitu lama. Teori ini meliputi berbagai pendekatan termasuk di dalammnya pendekatan-pendekatan yang digunakan kaum Marxis, sossialis, faham feminisme, dan orang-orang yang berkiprah dalam penelitian budaya. Tetapi popularitas sangat terbataskarena teori ini sulit untuk dipahami dan digunakannya. Sekalipun demikian ada sejumlah orang yang menekuni sosiologi olahraga yakni nahwa kalau teori ini dipahami dan digunakan dengan benar, maka permasalahan-permasalahan besar yang selama ini dihadapi oleh para peneliti yang berlatarbelakang teori fungsional dan konflik pada saat memahami dan menjeaskan hubungan antara olahraga dan masyarakat dapat dihindari. Karena penagaruh kekuatan-kekuatan ekonomi dan sejarah telah diabaikan oleh para fungsionalis dan telah diperlakukan denagan ketentuan-ketentuan tertentu yang kaku oleh para penganut teori konflik, maka critical theory telah dibangun atas asumsi bahwa kekuatan-kekuatan ekonimi dan sejarah itu, namun pengaruh yang ditimbulkannya tunduk pada bagaimana orang (masyarakat) memahami dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, critical theory, mengenalinya bahwa keberadaan olahraga di masyarakat harus dijelaskan sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar kebutuhan masyarakat (sistem sosial) atau kebutuhan ekonomi kapitalis seperti yang sering ditemui di masyarakat, bahwa olahraga diguanakan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang dan dengan melalui penggunaan kekuatan dan penguasaan atas sumber ekonomi, olaharaga telah dijadikan sebagai alat pemenuhan minat dan kesukaannya.

Hubungan Perkembangan Motorik terhadap Penjas

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu melatih perkembangan motorik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.