Rabu, 27 Februari 2013

Dislokasi pada Sendi Bahu


Sebelum ke topik mengenai dislokasi sendi bahu, saya akan bercerita dahulu mengenai pengalaman lucu saya ketika sedang kuliah, tentunya sedang membahas materi dislokasi sendi bahu. Ketika sedang kuliah mata kuliah PPC (Perawatan dan Pencegahan pada Cedera). Kelas kami dibagi kedalam beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok ditugaskan untuk mempresentasikan pembahasan mengenai cedera, dan kebetulan kelompok kami kebagian materi dislokasi sendi bahu. Dikarenakan pembagian materinya tiba-tiba, maka kelompok kami belum sama sekali ada persiapan dalam hal presentasi dislokasi sendi bahu, kebetulan yang kebagian menjelaskan materinya saya sendiri. Lalu kelompok kami kebagian ke 2 tampilnya setelah keleompok pertama, dan aku pun berusaha memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum tampil , dengan membaca buku yang ada.
Di buku saya mencari materi dislokasi sendi bahu, tetapi saya tidak menemukan, hanya menemukan materi mengenai tergelincirnya tulang bahu, dan saya pun bingung apa ini materi yang dimaksud tetapi feeling saya bukan ini materinya karena meskipun saya kurang faham mengenai dislokasi bahu tapi saya bisa memahami dengan logika bahwa dislokasi bahu berasal dari 2 kata yakni dislokasi dan bahu, dislokasi berasal dari bahasa Inggris yakni dislocation yang berarti keadaan dimana sesuatu itu tidak ada pada tempatnya. Jadi kalo bayangan saya berdasarkan logika dislokasi bahu itu suatu keadaan dimana sendi bahu atau tulang bahu berada bukan pada tempatnya, berupa pergeseran sendi bahu bisa ke dalam ataupun ke luar. Tetapi kebanyakan teman persepsi mereka bahwa materi yang dimaksud adalah meteri yang ada di buku. Jadi saya pun bingung mau menjelaskan meteri dari buku atau meteri pemahaman saya yang berdasarkan logika tadi. Dan akhirnya waktu untuk tampil pun tiba, dan saya pun berniat menjelaskan materi yang ada di buku dan materi pemahaman saya yang berdasarkan logika, dan saya pun berniat mencari aman saja, dimana ketika menjelaskan, materi yang ada di buku kena dan materi yang berdasarkan logika saya pun kena. Tetapi langkah itu tidak berjalan dengan mulus. Para pendengar yakni teman sekelas saya, kebanyakan terlihat mengerti mengenai materi yang dijelaskan oleh saya, tetapi dosen saya bingung karena materi yang dijelaskan oleh saya tidak tepat sesuai pembahasan dislokasi sendi bahu.

Dan akhirnya saya pun dengan dosen saya berdialog seputar dislokasi sendi bahu, saya ditanya terus seputar materi yang saya jelaskan, saya sendiri mengakui bahwa yang saya jelaskan itu bukan dislokasi sendi bahu tetapi terkilir tulang bahu, tetapi meskipun demikian saya terus membela pernyataan-pernyataan saya sambil mengakui kesalahan saya, berdialog pun terus berlanjut sampai-sampai saya secara tidak sengaja menjawab pertanyaan dosen saya dengan jawaban yang sangat lucu sekali, sehingga dosen saya yang dikenal tidak pernah senyum pun menjadi tersenyum sambil menutupi senyumannya dengan buku. Terus ada seorang mahasiswa yang bertanya mengenai beberapa pernyataan yang saya sampaikan. Dan saya pun berusaha menjawabnya dengan didahului kata mungkin, karena saya kurang faham mengenai materi ini, dan saya pun berusaha menjawab dengan menggunakan logika saya ternyata setelah dijawab, dosen saya berkomentar jangan membuat teori baru, orang-orang yang ada si kelas pun dengan serentak tertawa terbahak-bahak karena kejadian itu. Tapi saya memahami bahwa saya kurang faham dalam materi ini, sehingga penjelasannya ngawur kemana-mana, tetapi apakah salah kalau saya berusaha mengelompokkan sesuatu hal berdasarkan tingkatannya, padahal kalau dipikirkan itu cukup masuk akal, kalau kita hanya berpacu kepada ilmu yang sudah ada tidak berkeinginan untuk menciptakan/mengembangkan ilmu maka ppengetahuan kita pasti tidak akan berkembang dan selalu di bawah orang-orang asing.
Dan dari kejadian ini saya mendapatkan hikmah yang luar biasa, bahwa logika itu sangat penting dalam segala hal karena dengan logika kita bisa menentukan mana yang benar dan yang salah, tetapi kalau logika saja, itu belum cukup tanpa dibekali oleh pengetahuan dasar yang kokoh, sehingga apabila pengetahuan dasar yang kokoh dibarengi dengan logika, maka akan tercipta suatu kesempurnaan dalam hal apa pun. Dan dari kejadian itu juga saya sangat senang sekali karena saya memecahkan rekor, yakni dosen muda perempuan itu yang biasanya tidak pernah tertawa akhirnya tertawa juga oleh kebodohan saya yang tidak sengaja, dan dikarenakan saya membuat teori baru ketika sedang menjawab pertanyaan dari seorang mahasiswa, maka saya oleh teman-teman dijuluki sebagai Profesor. Ok cukup sampai di situ aja ceritanya, takutnya jadi semakin melebar dan jauh dari topik pembahasan.
Pada umumnya dislokasi sendi bahu jarang sekali terjadi pada kebanyakan orang, tetapai pada orang yang berada di dunia tertentu seperti pembalap motogp, pemain rugby, ataupun bagi cabang olahraga yang menggunakan tangan kalo tidak hati hati sering terjadi dislokasi bahu, seperti pemain tennis, bulu tangkis, dan lain sebagainya, cedera bahu atau dislokasi sendi bahu boleh dibilang cedera yang pasti akan dialaminya, contohnya pembalap motogp yang katakanlah Juara DuniaValentino Rossi, pernah mengalami dislokasi sendi bahu.


Tanda-tanda Dislokasi Bahu

Adapun tanda-tanda dislokasi sendi bahu diantaranya sebagai berikut::

  • Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
  • Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
  • Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
  • Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
  • Lengkung bahu hilang
  • Tidak dapat digerak-gerakkan
  • Lengan atas sedikit abduksi
  • Lengan bawah sedikit supinasi

Klasifikasi Dislokasi Sendi Bahu

Klasifikasi dislokasi sendi bahu:


  1. Dislokasi anterior
  2. Dislokasi posterior
  3. Dislokasi inferior
  4. Dislokasi disertai faktur
  5. Congenital
  6. Traumatic

Penyebab Dislokasi

Dari segi Etiologi, Dislokasi disebabkan oleh:

  1. Cedera olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.
  2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
  3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
  4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan kompenen vital penghubung tulang

Dari segi Patofisiologi,

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang proses akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta.

Penanganan Dislokasi

Pertolongan pertama :

Hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, kecuali dalam keadaan terpaksa dimana di tempat kejadian tidak ada dokter yang terdekat, barulah kita berikan pertolongan pertama yaitu reposisi.

Reposisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Metode Stimson

Metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang mengalami dislokasi, keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.




2. Penderita dibaringkan terlentang di lantai. Si penolong duduk pada sisi sendi yang lepas. Kaki si penolong menjulur lurus ke dada si penderita, lengan yang lepas sendinya ditarik dengan kedua tangan penolong dengan tenaga yang eras dan kuat, sehingga berbunyi “klik”, ini berarti bonggol sendi masuk kembali.


Reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksternal, serta imobilisasi selama 3-6 minggu

3. Teknik Hennipen


Secara perlahan dielevasikan sehingga bengkol sendi masuk ke dalam mangkok sendi.pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o, siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi kearahluar(eksternal) sampai 90o dengan lembut dan perlahan, jika korban merasa nyeri, rotasi eksternal sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah seraksasi eksternal mencapai 90o maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak terjadi, maka harus dilakukan Program Rehabilitasi.

Program rehabilitasi

Penanganan dislokasi pada sendi bahu dapat dilakukan dengan melakukan program rehabilitasi. Program Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif Manajemen dan Operatif manajemen.

a. Non operatif Rehabilatation

Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi sendi bahu,sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindari maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan komponen penting dalam program rehabilitasi.
Minggu 0-2.Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi,Abduksi,danDistrak.Immobilisasi tergantung umur

  • Kurang dari 20 tahun 3-4 minggu
  • 20-30 tahun 2-3 minggu
  • Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.
  • Lebih dari 40 tahun 3-5 hari

Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedurrehabilitasi yang telah ditetapkan.

b. Operatif Treatment

Tujuan utama rehabilitasi adalah:

  • Menjaga integritas stabilitasi bedah kore
  • Memulihkan ROM fungsional secara full
  • Meningkatkan stabilitas Dynamik
  • Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga

Diagnosa Fisioterapi

Gangguan fungsional Bahu akibat post Dislokasi Anterior bahu.Pemerikasaan tambahan spesifik

Problematik Fisioterapi


  • Nyeri gerak
  • Keterbatasan ROM
  • Kelemahan otot
  • Gangguan ADL
  • Advance Aktivitas/Atlet

Tujuan Fisioterapi

Jangka pendek

  • Mengurangi Nyeri gerak
  • Meningkatkan ROM
  • Meningkatkan kekuatan otot
  • Meningkatkan fungsi ADL
  • Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal

Jangka panjang


Meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.


Referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar