Kamis, 28 Agustus 2014

10 Kiat Hidup Sehat Tanpa Obat

Hidup yang multikompleks dewasa ini membuat kita bisa terlanda

“penyakit” aneh yang sulit diatasi, baik oleh kekebalan tubuh sendiri
maupun obat-obatan. Bagaimana kiatnya agar kita tetap sehat tanpa
harus sering berobat.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa tubuh kita mempunyai sistem kekebalan
yang mampu melindungi  badan dari serangan penyakit. Itu
kalausistemnya bekerja! Kadang-kadang suka ngadat.
Kalau sudah begitu, ya apa boleh buat! Kita terpaksa berobat. Namun,
niscaya juga tidak ada salahnya, mencoba berbagai kiat hidup mencegah
penyakit tanpa tergantung pada obat-obatan. Di mana-mana, mencegah
sebelum terjadi itu lebih baik daripada mengobati yang sudah telanjur
marak.
Berikut 10 tips yang dapat dipakai untuk itu:
1. Kenali diri Anda, baik fisik maupun kejiwaan
Ini agak filosofis, memang, tetapi sebenarnya justru di sini letak
kunci segalanya. Dengan mengenali diri sendiri, kita dapat mengetahui
kelemahan fisik tubuh kita, lalu dapat memutuskan apa yang baik dan
boleh dilakukan bagi tubuh, dan apa yang tidak.
Orang yang tanpa disadari telah keenakan menyantap makanan yang asin
secara berlebihan, misalnya,  lama-kelamaan merasakan tubuhnya
berubah, seperti cepat merasa pusing, berkurang keseimbangan tubuhnya,
dan sering merasakan aneka gejala tidak enak badan. Setelah
memeriksakan badan ke dokter, baru diketahui tubuhnya mulai mengidap
“penyakit” tekanan darah tinggi. Kalau sejak itu ia berusaha sungguh-
sungguh untuk mengurangi makanan asin dan berlemak, sambil melakukan
olahraga ringan secara teratur, maka “penyakit”-nya tidak mudah kumat,
dan ia tidak perlu sering pergi ke dokter lagi.
Bila Anda mempunyai keluhan seperti itu, seyogianyalah mencontoh orang
yang mengenal kelemahan dirinya sendiri itu. Begitu juga orang yang
mudah marah dan sukar mengendalikan diri karena tidak mengenal
kekurangan dirinya sendiri. Setelah mengenal kelemahannya, dan mau
memperbaiki kebiasaannya yang merugikan, lama-lama ia mahir menjaga
agar tidak mudah terpancing emosinya. Itu berkat ia berusaha mengenal
dirinya sendiri juga.
2. Tidak terburu-buru merasa sakit
Hanya karena bersin, batuk, atau agak demam, orang telah memutuskan
untuk minum obat. Padahal acap kali setelah dibiarkan tiga hari,
gejala sakit itu hilang sendiri. Tubuh memang mempunyai kemampuan
untuk menyembuhkan sendiri. Hanya dengan beristirahat cukup, gejala
sakit itu sudah hilang sendiri. Gejala pusing kadang bahkan dapat
hilang hanya karena menghirup udara segar di taman yang tidak tercemar
udara knalpot.
Gejala batuk dan bersin memang merupakan tanda serius juga, bahwa
tubuh sedang berusaha mengeluarkan kuman penyakit dari saluran
pernapasan. Demam berkeringat merupakan tanda tubuh sedang melawan
serangan kuman. Kalau gejala itu berlangsung selama tiga hari, karena
beratnya serangan, ya apa boleh buat, kita ke dokter untuk konsultasi
medis.
3. Mengusahakan variasi makanan sehari-hari
Melakukan variasi santapan, berangkat dari asumsi bahwa ada bahan
makanan tertentu yang lebih bermanfaat daripada jenis makanan biasa
sehari-hari. Kalau ini kita pakai sebagai selingan bagi jenis makanan
sehari-hari, maka kedua kelompok bahan itu dapat saling melengkapi.
Bila kita terbiasa makan daging ayam dan sapi, sebaiknya mengubah
kebiasaan itu, dan sekali-sekali makan ikan segar, tempe, dan tahu
sebagai selingan. Bahan ini mempunyai kadar lemak tak jenuh yang
banyak, dan berpotensi mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
Sebaliknya, kalau kita terbiasa makan ikan, tempe, dan tahu telur saja
sehari-hari, pada suatu kesempatan makan santapan istimewa pada
kondangan temanten, atau arisan keluarga besar, ambil saja daging ayam
atau sapi. Protein daging hewan berperan mempertahankan laju
pertumbuhan tubuh dan mengganti sel-sel jaringan yang rusak.
Begitu juga dengan sayuran. Kalau hari demi hari kita makan sayur
mayur hijau, karena beranggapan bahwa yang serba hijau itu pasti
bagus, sesekali perlu variasi menyantap sayuran dan buah-buahan tidak
hijau, seperti tomat, wortel, jagung muda, paprika merah (sebagai
sayur), pisang, mangga, apel, jeruk (sebagai pencuci mulut).
4. Menyesuaikan konsumsi dengan tingkatan umur
Jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh berbeda-beda bergantung pada
umur, jenis kegiatan, dan kondisi tubuh (dalam keadaan sakit atau
sehat). Pada anak-anak dan remaja yang sedang giat-giatnya tumbuh,
kelima unsur dalam makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral, serta air) sangat diperlukan, sehingga tidak perlu dibatasi.
Sebaliknya, pada orang dewasa dan lanjut usia, pembatasan itu mutlak
perlu. Karbohidrat dan lemak sebagai penghasil energi harus dikurangi
jumlahnya, mengingat kegiatan fisik mereka sudah menurun. Cara
mengurangi karbohidrat dan lemak ialah dengan mengurangi porsi nasi
dan goreng-gorengan. Sebaliknya, vitamin dan mineral serta air justru
harus dimakan dengan cukup. Zat-zat ini sangat perlu untuk
memperlancar metabolisme dalam tubuh, dan meningkatkan daya tahannya.
Hanya perlu diingat bahwa yang paling baik ialah memakai vitamin
alamiah, seperti yang terkandung dalam buah dan sayuran segar.
Sedangkan air yang diminum harus yang steril, aman dari kuman, seperti
air mineral yang benar memenuhi syarat sebagai air mineral. Boleh juga
air biasa yang selalu sudah direbus lebih dulu. Lebih kurang 60% dari
bobot badan kita berupa air atau cairan. Itu berarti kita harus minum
air lebih banyak daripada unsur makanan yang lain. Orang yang sedang
sakit dan terpaksa minum obat, malah harus minum air lebih banyak
lagi. Penderita “penyakit” sulit buang air, bisa tertolong dari
penderitaannya dengan setiap hari minum 2 – 3 gelas air putih sebelum
pergi ke belakang.
Konsumsi protein pada orang dewasa dan lansia juga perlu dikurangi,
meskipun tidak sebanyak pengurangan karbohidrat dan lemak. Cara
mengurangi protein ini ialah dengan mengganti menu makanan sumber
protein hewani dengan makanan sumber protein nabati, yang kadar
proteinnya kurang atau hanya sedikit. Misalnya, kacang-kacangan, tahu,
dan tempe.
5. Berolahraga secara teratur sesuai kemampuan
Berolahraga bertujuan memperlancar peredaran darah, dan mempercepat
penyebaran impuls urat saraf ke bagian tubuh atau sebaliknya, sehingga
tubuh senantiasa bugar. Banyak orang berpendapat, tanpa olahraga pun
kita sebenarnya juga sudah bergerak badan mirip olahraga, kalau
melakukan pekerjaan fisik sehari-hari seperti menyapu lantai,
membersihkan rumah, mencuci, dan menjemur pakaian.Tetapi apakah
“olahraga” semacam ini dapat kita lakukan secara teratur dan
berkesinambungan? Itu masalah tersendiri!
Diperlukan kemauan yang kuat, berdasarkan keyakinan bahwa olahraga itu
mutlak perlu agar badan tetap bugar, karena peredaran darah
diperlancar tadi. Pada gilirannya ini dapat meningkatkan kekebalan
tubuh.
Para penderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, infeksi paru-
paru, dan kencing manis, hendaknya berkonsultasi ke dokter dulu untuk
mengetahui jenis olahraga apa yang cocok. Biasanya olahraga yang
intensitasnya rendah dan dilakukan tidak terlalu lama.
Orang normal yang tidak mengidap penyakit, sangat baik memilih
olahraga yang kapasitas aerobiknya tinggi seperti renang, aerobik yang
high impact, naik sepeda stasioner, dan joging.
6. Selalu menjaga kebersihan
Lingkungan bersih di rumah, halaman, dan kompleks hunian memberi
suasana segar dan nyaman. Sebuah penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa kelompok rumah yang mempunyai halaman dan lingkungan
tertata baik, hijau, dan asri, mempunyai persentase kesehatan
penghuninya jauh lebih baik daripada kelompok rumah miskin tanaman.
Lingkungan bersih membuat tubuh kita juga bersih, baik jasmani maupun
rohani. Kondisi ini mampu mencegah penyakit jasmani seperti infeksi
kulit, alergi debu, flu, bronkitis, dan “penyakit” rohani seperti
stres, frustrasi dan depresi, biang kerok menurunnya sistem kekebalan
tubuh.
7. Meluangkan waktu untuk bersantai
Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak daripada
bekerja produktif sampai melebihi kepatutan. Tidak! Meluangkan waktu
untuk istirahat itu sebentar saja, dan ini perlu, untuk setel kendo
sejenak di antara ketegangan jam sibuk bekerja sehari-hari. Ini perlu
dilakukan secara rutin.
Bersantai juga tidak berarti harus melakukan rekreasi yang melelahkan,
tetapi cukup berkumpul membicarakan masalah keseharian dengan rekan
sekantor, tetangga atau keluarga di rumah. Bukan tidak mungkin, mereka
dapat membantu memecahkan masalah, atau setidak- tidaknya meringankan
beban pikiran.
Bersantai seorang diri dengan merenung dan mawas diri juga perlu.
Makin sering dan rutin ini dilakukan, makin bagus keseimbangan jiwa
kita. Tidur nyaman juga bentuk bersantai seorang diri. Stamina akan
pulih dengan cepat, dan keseimbangan hormon dalam tubuh juga cepat
tercapai.
Tubuh letih dan pikiran kusut kalau dibiarkan berkepanjangan (sampai
dibawa ke kamar tidur), akan menurunkan daya kerja sistem kekebalan
tubuh. Pada gilirannya memudahkan serangan penyakit.
8. Back to nature
Trend pada awal dekade 1990-an di negeri Barat ini dilandasi
pengalaman bahwa gaya hidup pada zaman modern mendorong orang mengubah
kebiasaan makan, seperti misalnya lebih sering menyantap makanan
kalengan, sambal botolan, atau buah awetan. Juga jarang bergerak badan
karena kemudahan memakai alat bantu rumah tangga, seperti mencuci
pakaian dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan penyedot debu,
bepergian dengan kendaraan, padahal cuma dekat dan lebih sehat
dilakukan dengan jalan kaki. Tubuh kita jadi manja, karena jarang
bergerak, sehingga mudah sakit karena lembek.
Sebaliknya, seorang pendekar silat, walaupun hidup di tengah zaman
modern, selalu sehat tubuhnya karena masih sering berjalan kaki,
latihan rutin dengan menggerakkan badan, dan tidak memakai alat bantu
hasil teknologi modern yang membuat orang jadi lembek.
Untuk kembali dekat dengan alam, kita bukannya harus ikut menjadi
pendekar silat, tetapi setidak-tidaknya menghindari bahan makanan
kalengan, dan malah memperbanyak makan sayuran dan buah yang segar.
9. Mengolah pernapasan
Mengolah pernapasan berarti mengatur cara dan frekuensi bernapas agar
lebih efisien. Dengan menghirup udara (oksigen) perlahan-lahan dalam
hitungan 15 kemudian melepaskannya kembali pelan-pelan juga dalam
hitungan 15, kita bisa menahan oksigen dalam badan lebih lama daripada
biasanya. Oksigen akan dipakai oleh organ tubuh secara efektif,
walaupun jumlahnya cuma sedikit.
Selama ini kita bernapas dengan frekuensi yang tidak teratur. Kadang
lambat, kadang cepat. Oksigen yang diirup juga cepat keluar lagi.
Belum sampai dimanfaatkan dengan baik, sudah keburu keluar. Dalam satu
menit kita benapas lima kali atau lebih.
Tetapi, dengan latihan teratur frekuensi bernapas itu bisa kurang dari
lima kali dalam semenit. Setiap kalinya selalu dalam, dan berdaya
guna. Akibatnya, oksigen yang dihirup cukup sedikit saja, tetapi sudah
efektif. Organ tubuh akan menyesuaikan diri dengan ketersediaan
oksigen yang sedikit ini, dan itu justru menguntungkan tubuh. Sebab,
dengan oksigen sedikit, tetapi toh sudah efektif itu, tubuh tidak
kebanjiran hasil pernapasan berupa CO2 banyak-banyak, yang tidak baik
bagi kesehatan.
10. Menggemari bacaan kesehatan
Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta” sangat
pas untuk menyindir orang yang ingin tubuhnya sehat, tetapi tidak mau
bersusah payah mendekati bacaan tentang kesehatan. Kalau dekat, kita
akan tahu seluk-beluk kesehatan itu lebih baik, dankemudian dapat
memakainya untuk menyusun siasat menghindari gangguan penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar