Sebelum ke topik pembahasan, penulis terlebih dahulu ingin bercerita sejenak tentang pengalaman akhir-akhir ini yang sangat berharga sekaligus merupakan tantangan bagi penulis dalam mengembangkan minat baru salah satunya adalah berdakwah. Artikel yang ditulis ini juga merupakan bahan dari kultum kemarin malam sehabis shalat tarawih, yang sengaja diposting di blog ini supaya bisa bermanfaat lagi bagi orang-orang yang membacanya di sini. Mungkin aneh juga kalau penulis akhir-akhir ini sangat intens dalam mempelajari islam, setelah mengalami pengalaman spiritual (yang bisa dilihat di link INI) yang membuat pandangan hidup penulis semakin luas dan semakin terarah. Mungkin ini merupakan bentuk dari rahman dan rahim Allah yang memberikan hidayah kepada penulis untuk mempelajari islam dengan ikhlas dan dengan semangat yang menggebu-gebu.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ashr
وَالْعَصْرِ
Artinya:
Demi masa
Siapa yang tidak kenal masa atau
waktu?
Manusia
hidup di dunia ini pasti akan menghadapi masa. Ada masa muda ataupun masa tua.
Ada masa suka ataupun masa duka. Ada masa hidup ataupun masa mati yang akan
meninggalkan kenang-kenangan. Banyak orang yang sudah lanjut usia mereka
menyesalkan masa mudanya. Mereka berandai-andai ketika masa mudanya, karena
masa mudanya tidak digunakan dengan sebaik-baiknya.
Allah
mengingatkan kepada kita selaku hambanya yang masih hidup di dunia ini untuk
bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Saking pentingnya mengenai waktu, Allah bersumpah mengenai waktu yang merupakan bentuk peringatan. Ada istilah
waktu adalah pedang. Dimana kalau seseorang pandai dalam menggunakan pedang
maka dia akan selamat, sebaliknya kalau orang tersebut tidak pandai dalam
menggunakannya, bisa jadi pedang itu akan merenggut nyawanya. Bahkan di
kalangan orang sekuler ada istilah waktu adalah uang. Anggapan ini memang
benar, khususnya bagi orang-orang yang hanya mencintai kehidupan dunia saja. Karena yang dipuja-puja oleh mereka hanya
kenikmatan dunia saja seperti uang.
Berdasarkan analogi tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa pentingnya memanfaatkan waktu supaya kita selaku hamba Allah bisa selamat di dunia dan akhirat.
Berdasarkan analogi tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa pentingnya memanfaatkan waktu supaya kita selaku hamba Allah bisa selamat di dunia dan akhirat.
Kemudian lanjutan ayat tadi
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
Artinya:
Sesungguhnya manusia itu berada
di dalam kerugian.
Apa maksud Allah menyatakan bahwa
manusia itu berada dalam kerugian?
Berarti kalau Allah menyatakan
demikian, mungkin keadaan kita yang sekarang berada pada kerugian, atau apa-apa
yang kita usahakan di dunia ini yang menurut anggapan kita baik itu hanya akan
berbuah kerugian saja. Padahal yang dimaksud rugi itu kalau dalam dunia bisnis
merupakan suatu keadaan dimana jumlah uang hasil penjualan lebih kecil daripada
jumlah modal yang dikeluarkan, atau tidak ada labanya. Berarti kalau kasusnya
demikian, segala usaha yang dikerjakan kita hanya akan sia-sia saja dan tidak
akan bermanfaat. Untuk menjawab semua pertanyaan tadi, Allah menjelaskan dalam
ayat ketiganya yang berbunyi:
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
Artinya:
Kecuali orang yang beriman.
Ayat ini menjawab semua
pertanyaan yang tadi, bahwa manusia itu akan selalu dilanda kerugian kecuali
jika mereka beriman.
Apa jadinya kalau manusia itu
tidak beriman?
Mungkin kalau manusia tidak
beriman, mereka akan menjadi orang sekuler. Mereka akan mengisi hidup ini
dengan kesenangan-kesenangan dunia saja. Mereka berlomba-lomba untuk
mendapatkan harta. Mereka tidak akan kenal antara cara yang halal atau haram.
Mengambil hak orang lain sudah terbiasa dilakoninya. Perbuatan dosa dan
maksiat sudah menjadi kebiasaan, karena yang ada di pikiran mereka hanya harta,
kekuasaan, dan ketenaran.
Usaha-usaha mereka yang hanya
mencari kesenangan dunia semata laksana orang haus di padang pasir yang melihat
fatamorgana kemudian berusaha menghampirinya. Mereka ingin kebahagiaan dengan berusaha mencari harta, kekuasaan, dan
ketenaran yang jelas nampak di matanya, padahal setelah diraih harta,
kekuasaan, dan keternaran tersebut, kebahagiaan pun tak kunjung didapatkannya.
Beda halnya dengan orang yang beriman, meskipun kebahagiaan yang kekal tidak dilihatnya, mereka tetap yakin akan janji Allah. Orang beriman hanya disuruh percaya kepada Allah bahwa kebahagiaan sejati itu dapat diperolehnya dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala yang dilarangnya. Pastilah kebahagiaan dapat diperolehnya, karena janji Allah itu pasti benar meskipun tak nampak oleh mata. Kebahagiaan bukan hanya harta, kekuasaan, atau ketenaran tetapi kebahagiaan yang hakiki itu lebih dari itu, yang tidak hanya nampak di depan mata saja. Orang yang beriman akan beruntung karena mereka akan memperoleh kebahagiaan dunia dan kebahagiaan yang kekal di akhirat.
Keimanan tidak hanya dipercayai
oleh hati saja, atau tidak hanya terucap di lisan saja, melainkan harus
terwujud dalam bentuk perbuatan. Karena tingkatan iman yang paling tinggi adalah
dengan perbuatan. Untuk itu supaya manusia tidak rugi, syarat yang kedua adalah harus beramal shaleh. Sebagaimana pada lanjutan ayat di atas yaitu:
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
Artinya:
Dan mengerjakan amal shaleh.
Amalan apa yang pernah kita
lakukan?
Buya Hamka di salah satu
ceramahnya pernah menjelaskan tentang “Hidup setelah Mati”. Istilah itu
ditujukan kepada orang yang sudah meninggal, tetapi amalan baiknya tetap mengalir dan tetap dirasakan sampai sekarang, meskipun sudah berabad-abad lamanya. Nabi
Muhammad meskipun meninggal ribuan tahun yang lalu, kebaikannya tetap dirasakan
sampai sekarang. Sampai-sampai ada lirik lagu yang berjudul Rindu Rasul
karangan Bimbo, yang di dalam liriknya ada kalimat “serasa dikau di sini”.
Meskipun Nabi Muhammad sudah meninggal tetapi kebaikan dan amal shalehnya masih
dirasakan sampai sekarang. Sampai-sampai terasa di sini, atau terasa meninggal kemarin. Mushaf Al Quran tersusun dalam satu buku dan bisa
dibaca dengan mudah oleh kita itu merupakan buah karya dari para sahabat nabi. Meskipun
mereka sudah tiada, tetapi pahala mereka terus mengalir sampai sekarang. Itulah
maksud dari ungkapan Hidup Setelah Mati.
Kemudian coba amati pula jika ada
salah seorang di antara kita yang meninggal. Jika orang yang meninggal itu tidak
pernah berbuat kebaikan semasa hidupnya, adakah nanti yang mendoakannya, adakah nanti yang mengkafaninya, atau adakah nanti yang menguburkannya. Beda
halnya apabila yang meninggal itu semasa hidupnya suka berbuat kebaikan. Ketika
ada kabar duka tentang kepergiannya, orang-orang berbondong-bondong pergi untuk
melayat. Mereka menshalatkan jenazah, menguburkannya, serta mendoakannya.
Tidak cukup
dengan beriman dan beramal shaleh saja supaya kita tidak tergolong menjadi
orang yang rugi. Kita juga harus saling menasihati dalam kebenaran. Sebagaimana
dalam lanjutan ayat tadi
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
Artinya:
Dan saling
menasihati supaya menaati kebenaran.
Secara tersirat
ayat ini menyuruh kita untuk bermasyarakat. Dalam bermasyarakat kita tentnya
harus saling menasihati untuk berbuat kebenaran. Kala kita sering menasihati kepada orang lain, itu tandanya kita peduli kepada orang lain. Semakin banyak
kita peduli kepada orang lain, maka semakin banyak pula orang yang peduli kepada
kita. Kalau budaya saling menasihati ini tumbuh di masyarakat kita, maka
insyaallah akan timbul masyarakat yang tenteram.
Kemudian
syarat yang keempat supaya kita tidak menjadi rugi adalah harus saling
menasihati dalam kesabaran. Sebagaimana dalam lanjutan ayat tadi
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya:
Dan saling
menasihati supaya menetapi kesabaran.
Ada slogan “life
is never flate”, yang dipopulerkan oleh makanan ringan chitato. Maksud dari
slogan ini adalah kita dalam menjalani hidup ini pasti akan menghadapi berbagai ujian atau rintangan. Allah pasti akan menguji hambanya dengan ujian. Kalau
ujian itu berhasil kita selesaikan, maka Allah akan menguji dengan ujian yang
lebih berat lagi. Semakin banyak kita menyelesaikan ujian, maka semakin tinggi
pula derajat orang tersebut.
Sama halnya dengan bermain game, serperti game point blank. Apabila karakter yang dimainkan kita telah menyelesaikan sebuah misi, maka karakter kita akan mendapatkan naik level. Di dalam game ini, ada banyak misi atau ujian, yang apabila diselesaikan oleh gamer, maka selain diperolehnya naik pangkat kita juga akan mendapatkan hadiah. Semakin banyak misi yang diselesaikan, maka semakin tinggi juga level yang diperolehnya.
Sama halnya dengan bermain game, serperti game point blank. Apabila karakter yang dimainkan kita telah menyelesaikan sebuah misi, maka karakter kita akan mendapatkan naik level. Di dalam game ini, ada banyak misi atau ujian, yang apabila diselesaikan oleh gamer, maka selain diperolehnya naik pangkat kita juga akan mendapatkan hadiah. Semakin banyak misi yang diselesaikan, maka semakin tinggi juga level yang diperolehnya.
Tetapi dalam
menghadapi ujian tersebut, terkadang akan dijumpainya rasa putus asa, lelah,
atau rasa pesimis. Untuk melawan kesulitan-kesulitan itu maka kewajiban bagi
orang terdekatnya adalah menasihati dalam menetapi kesabaran. Semangat dalam
menyelesaikan ujian yang tadinya kendur menjadi kuat lagi, karena ujian itu bukan untuk dihindari melainkan diselesaikan dengan sabar.
Dalam manfaat syarat
yang ketiga dan keempat tadi, penulis pernah mengalaminya semasa menjadi
mahasiswa, dimana dulu ketika ngontrak rumah, penulis tinggal pernah sampai 9 orang dalam satu rumah. Alhamdulillah
berkat rahman dan rahim Allah, sebagian besar teman kontrakan penulis merupakan
orang yang baik dan taat dalam beragama. Hampir selama 5 tahun penulis
menjalani ujian yang dalam hal ini menyelesaikan studi S1, penulis mengalami
banyak sekali kesulitan. Kadang-kadang penulis tidak punya uang, kemudian ada lah
teman bersedia meminjamkan uang. Ketika penulis berleha-leha dengan main game
padahal suara adzan telah berkumandang, ada lah teman yang mengajak ke masjid. Sungguh
banyak sekali manfaat jika kita menjalani syarat yang ketiga dan keempat ini,
bahkan ada kesulitan yang dianggap paling berat oleh penulis dalam mengerjakan
penelitian skripsi, yang dapat diselesaikan pula dengan sebagian andil karena
bantuan teman-teman.
Jadi dalam
artikel ini secara singkat dapat dijelaskan bahwa jika kita melaksanakan
keempat syarat ini, insyaallah kita tidak akan termasuk menjadi orang yang
rugi. Keempat syarat itu adalah (1) beriman, (2) beramal shaleh, (3) saling
menasihati supaya berbuat kebenaran, dan (4) saling menasihati supaya menetapi
kesabaran.
Wallahu a'lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar