Minggu, 26 Juni 2016

Menghindari Kerugian yang Mengancam Masa Hidup



Sebelum ke topik pembahasan, penulis terlebih dahulu ingin bercerita sejenak tentang pengalaman akhir-akhir ini yang sangat berharga sekaligus merupakan tantangan bagi penulis dalam mengembangkan minat baru salah satunya adalah berdakwah. Artikel yang ditulis ini juga merupakan bahan dari kultum kemarin malam sehabis shalat tarawih, yang sengaja diposting di blog ini supaya bisa bermanfaat lagi bagi orang-orang yang membacanya di sini. Mungkin aneh juga kalau penulis akhir-akhir ini sangat intens dalam mempelajari islam, setelah mengalami pengalaman spiritual (yang bisa dilihat di link INI) yang membuat pandangan hidup penulis semakin luas dan semakin terarah. Mungkin ini merupakan bentuk dari rahman dan rahim Allah yang memberikan hidayah kepada penulis untuk mempelajari islam dengan ikhlas dan dengan semangat yang menggebu-gebu.


Mungkin akhir-akhir ini banyak artikel yang bermuatan tentang keagaman, padahal di awal-awal postingan pada blog ini, banyak materi-materi yang menjelaskan mengenai dunia pendidikan khususnya pendidikan jasmani yang merupakan konsentrasi penulis pada jenjang S1. Tetapi meskipun dulunya blog ini merupakan manifestasi dari pengalaman-pengalaman penulis ketika kuliah di prodi PJKR, penulis kira tidak apa-apa kalau akhir-akhir ini banyak artikel-artikel yang di luar konteks pendidikan jasmani. Karena tidak ada salahnya kalau seseorang ingin fokus dalam banyak bidang. Sebagai tindak lanjut dalam upaya pengkhususan artikel ini, nanti penulis akan membuat blog baru yang dikhususkan untuk memuat postingan-postingan yang bermuatan keagaman. Insyaallah.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ashr
وَالْعَصْرِ
Artinya:
Demi masa

Siapa yang tidak kenal masa atau waktu?

Manusia hidup di dunia ini pasti akan menghadapi masa. Ada masa muda ataupun masa tua. Ada masa suka ataupun masa duka. Ada masa hidup ataupun masa mati yang akan meninggalkan kenang-kenangan. Banyak orang yang sudah lanjut usia mereka menyesalkan masa mudanya. Mereka berandai-andai ketika masa mudanya, karena masa mudanya tidak digunakan dengan sebaik-baiknya.

Allah mengingatkan kepada kita selaku hambanya yang masih hidup di dunia ini untuk bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Saking pentingnya mengenai waktu, Allah bersumpah mengenai waktu yang merupakan bentuk peringatan. Ada istilah waktu adalah pedang. Dimana kalau seseorang pandai dalam menggunakan pedang maka dia akan selamat, sebaliknya kalau orang tersebut tidak pandai dalam menggunakannya, bisa jadi pedang itu akan merenggut nyawanya. Bahkan di kalangan orang sekuler ada istilah waktu adalah uang. Anggapan ini memang benar, khususnya bagi orang-orang yang hanya mencintai kehidupan dunia  saja. Karena yang dipuja-puja oleh mereka hanya kenikmatan dunia saja seperti uang. 

Berdasarkan analogi tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa pentingnya memanfaatkan waktu supaya kita selaku hamba Allah bisa selamat di dunia dan akhirat.

Kemudian lanjutan ayat tadi
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
Artinya:
Sesungguhnya manusia itu berada di dalam kerugian.

Apa maksud Allah menyatakan bahwa manusia itu berada dalam kerugian?

Berarti kalau Allah menyatakan demikian, mungkin keadaan kita yang sekarang berada pada kerugian, atau apa-apa yang kita usahakan di dunia ini yang menurut anggapan kita baik itu hanya akan berbuah kerugian saja. Padahal yang dimaksud rugi itu kalau dalam dunia bisnis merupakan suatu keadaan dimana jumlah uang hasil penjualan lebih kecil daripada jumlah modal yang dikeluarkan, atau tidak ada labanya. Berarti kalau kasusnya demikian, segala usaha yang dikerjakan kita hanya akan sia-sia saja dan tidak akan bermanfaat. Untuk menjawab semua pertanyaan tadi, Allah menjelaskan dalam ayat ketiganya yang berbunyi:
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
Artinya:
Kecuali orang yang beriman.

Ayat ini menjawab semua pertanyaan yang tadi, bahwa manusia itu akan selalu dilanda kerugian kecuali jika mereka beriman.

Apa jadinya kalau manusia itu tidak beriman?

Mungkin kalau manusia tidak beriman, mereka akan menjadi orang sekuler. Mereka akan mengisi hidup ini dengan kesenangan-kesenangan dunia saja. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan harta. Mereka tidak akan kenal antara cara yang halal atau haram. Mengambil hak orang lain sudah terbiasa dilakoninya. Perbuatan dosa dan maksiat sudah menjadi kebiasaan, karena yang ada di pikiran mereka hanya harta, kekuasaan, dan ketenaran.

Usaha-usaha mereka yang hanya mencari kesenangan dunia semata laksana orang haus di padang pasir yang melihat fatamorgana kemudian berusaha menghampirinya. Mereka ingin kebahagiaan  dengan berusaha mencari harta, kekuasaan, dan ketenaran yang jelas nampak di matanya, padahal setelah diraih harta, kekuasaan, dan keternaran tersebut, kebahagiaan pun tak kunjung didapatkannya.

Beda halnya dengan orang yang beriman, meskipun kebahagiaan yang kekal tidak dilihatnya, mereka tetap yakin akan janji Allah. Orang beriman hanya disuruh percaya kepada Allah bahwa kebahagiaan sejati itu dapat diperolehnya dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi segala yang dilarangnya. Pastilah kebahagiaan dapat diperolehnya, karena janji Allah itu pasti benar meskipun tak nampak oleh mata. Kebahagiaan bukan hanya harta, kekuasaan, atau ketenaran tetapi kebahagiaan yang hakiki itu lebih dari itu, yang tidak hanya nampak di depan mata saja. Orang yang beriman akan beruntung karena mereka akan memperoleh kebahagiaan dunia dan kebahagiaan yang kekal di akhirat. 

Keimanan tidak hanya dipercayai oleh hati saja, atau tidak hanya terucap di lisan saja, melainkan harus terwujud dalam bentuk perbuatan. Karena tingkatan iman yang paling tinggi adalah dengan perbuatan. Untuk itu supaya manusia tidak rugi, syarat yang kedua adalah harus beramal shaleh. Sebagaimana pada lanjutan ayat di atas yaitu:
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ

Artinya:
Dan mengerjakan amal shaleh.

Amalan apa yang pernah kita lakukan?

Buya Hamka di salah satu ceramahnya pernah menjelaskan tentang “Hidup setelah Mati”. Istilah itu ditujukan kepada orang yang sudah meninggal, tetapi amalan baiknya tetap mengalir dan tetap dirasakan sampai sekarang, meskipun sudah berabad-abad lamanya. Nabi Muhammad meskipun meninggal ribuan tahun yang lalu, kebaikannya tetap dirasakan sampai sekarang. Sampai-sampai ada lirik lagu yang berjudul Rindu Rasul karangan Bimbo, yang di dalam liriknya ada kalimat “serasa dikau di sini”. Meskipun Nabi Muhammad sudah meninggal tetapi kebaikan dan amal shalehnya masih dirasakan sampai sekarang. Sampai-sampai terasa di sini, atau terasa meninggal kemarin. Mushaf Al Quran tersusun dalam satu buku dan bisa dibaca dengan mudah oleh kita itu merupakan buah karya dari para sahabat nabi. Meskipun mereka sudah tiada, tetapi pahala mereka terus mengalir sampai sekarang. Itulah maksud dari ungkapan Hidup Setelah Mati.

Kemudian coba amati pula jika ada salah seorang di antara kita yang meninggal. Jika orang yang meninggal itu tidak pernah berbuat kebaikan semasa hidupnya, adakah nanti yang mendoakannya, adakah nanti yang mengkafaninya, atau adakah nanti yang menguburkannya. Beda halnya apabila yang meninggal itu semasa hidupnya suka berbuat kebaikan. Ketika ada kabar duka tentang kepergiannya, orang-orang berbondong-bondong pergi untuk melayat. Mereka menshalatkan jenazah, menguburkannya, serta mendoakannya.

Tidak cukup dengan beriman dan beramal shaleh saja supaya kita tidak tergolong menjadi orang yang rugi. Kita juga harus saling menasihati dalam kebenaran. Sebagaimana dalam lanjutan ayat tadi
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
Artinya:
Dan saling menasihati supaya menaati kebenaran.

Secara tersirat ayat ini menyuruh kita untuk bermasyarakat. Dalam bermasyarakat kita tentnya harus saling menasihati untuk berbuat kebenaran. Kala kita sering menasihati kepada orang lain, itu tandanya kita peduli kepada orang lain. Semakin banyak kita peduli kepada orang lain, maka semakin banyak pula orang yang peduli kepada kita. Kalau budaya saling menasihati ini tumbuh di masyarakat kita, maka insyaallah akan timbul masyarakat yang tenteram.

Kemudian syarat yang keempat supaya kita tidak menjadi rugi adalah harus saling menasihati dalam kesabaran. Sebagaimana dalam lanjutan ayat tadi
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya:
Dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.

Ada slogan “life is never flate”, yang dipopulerkan oleh makanan ringan chitato. Maksud dari slogan ini adalah kita dalam menjalani hidup ini pasti akan menghadapi berbagai ujian atau rintangan. Allah pasti akan menguji hambanya dengan ujian. Kalau ujian itu berhasil kita selesaikan, maka Allah akan menguji dengan ujian yang lebih berat lagi. Semakin banyak kita menyelesaikan ujian, maka semakin tinggi pula derajat orang tersebut. 

Sama halnya dengan bermain game, serperti game point blank. Apabila karakter yang dimainkan kita telah menyelesaikan sebuah misi, maka karakter kita akan mendapatkan naik level. Di dalam game ini, ada banyak misi atau ujian, yang apabila diselesaikan oleh gamer, maka selain diperolehnya naik pangkat kita juga akan mendapatkan hadiah. Semakin banyak misi yang diselesaikan, maka semakin tinggi juga level yang diperolehnya. 

Tetapi dalam menghadapi ujian tersebut, terkadang akan dijumpainya rasa putus asa, lelah, atau rasa pesimis. Untuk melawan kesulitan-kesulitan itu maka kewajiban bagi orang terdekatnya adalah menasihati dalam menetapi kesabaran. Semangat dalam menyelesaikan ujian yang tadinya kendur menjadi kuat lagi, karena ujian itu bukan untuk dihindari melainkan diselesaikan dengan sabar.

Dalam manfaat syarat yang ketiga dan keempat tadi, penulis pernah mengalaminya semasa menjadi mahasiswa, dimana dulu ketika ngontrak rumah, penulis tinggal  pernah sampai 9 orang dalam satu rumah. Alhamdulillah berkat rahman dan rahim Allah, sebagian besar teman kontrakan penulis merupakan orang yang baik dan taat dalam beragama. Hampir selama 5 tahun penulis menjalani ujian yang dalam hal ini menyelesaikan studi S1, penulis mengalami banyak sekali kesulitan. Kadang-kadang penulis tidak punya uang, kemudian ada lah teman bersedia meminjamkan uang. Ketika penulis berleha-leha dengan main game padahal suara adzan telah berkumandang, ada lah teman yang mengajak ke masjid. Sungguh banyak sekali manfaat jika kita menjalani syarat yang ketiga dan keempat ini, bahkan ada kesulitan yang dianggap paling berat oleh penulis dalam mengerjakan penelitian skripsi, yang dapat diselesaikan pula dengan sebagian andil karena bantuan teman-teman.
Jadi dalam artikel ini secara singkat dapat dijelaskan bahwa jika kita melaksanakan keempat syarat ini, insyaallah kita tidak akan termasuk menjadi orang yang rugi. Keempat syarat itu adalah (1) beriman, (2) beramal shaleh, (3) saling menasihati supaya berbuat kebenaran, dan (4) saling menasihati supaya menetapi kesabaran.

Wallahu a'lam bishawab



Tidak ada komentar:

Posting Komentar